Jumat, 28 September 2012

Ular Albino Langka dengan Dua Kepala Ditemukan di Florida

Kemungkinan ular berkepala dua, atau bicephalic, yang lahir adalah 10.000 berbanding satu, namun demikian, ular susu Honduras albino ini baru-baru saja menetas di Amerika Serikat.
Staf di kelompok konservasi Sunshine Serpents di Florida sedang menetaskan telur ular susu Honduras dengan inkubator, namun mereka mendapatkan kejutan spesial sebab ada sembilan kepala ular yang muncul dari ke-tujuh telur yang dierami.


Sang Pemilik, Daniel Parker, seorang ahli biologi di universitas Florida, berkata bahwa dirinya hampir tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Seringkali, albino merujuk pada warna putih, tetapi untuk ular itu hanya berarti kekurangan pigmentasi gelap.

Parker mengatakan bahwa ular berkepala dua telah didokumentasikan dapat hidup selama 20 tahun di penangkaran. Namun dengan dua otak memberikan perintah untuk satu tubuh, dia mengatakan bahwa ular yang tidak berbisa itu, akan sulit bertahan hidup di alam liar.

Selasa, 25 September 2012

Gaboon Viper

Gaboon Viper (Bitis Gabonica)
 





 
Deskripsi :
 Ular ini memiliki warna merah muda sampai coklat dengan punggung berbintik kekuninganatau coklat muda bercorak seperti jam pasir. Terdapat garis/belang berwarna coklat gelap padatiap-tiap belakang matanya.
Karakteristik :
 Merupakan viper terbesar dan terberat. Ular ini memiliki kepala berbentuk segitiga yang sangatbesar. Seekor gaboon viper dengan panjang tubuh 1,8 meter dapat memiliki berat 16 kilogram.Ular ini bersifat nocturnal yang biasa keluar malam untuk mencari makan. Ular ini merupakan jenis ular yang tidak agresif, namun akan berdiri jika di dekati dan akan menggigit jikadiganggu atau terinjak. Taring mereka sangat besar dan dapat mencapai panjang 5 centimeter.Taring ini dapat menyuntikkan racun dengan jumlah besar saat menyerang. Racun merekabersifat neurotoksin dan hemotoksin
Habitat :
 Hutan hujan. Adakalanya di temukan di pedesaan.
Panjang Tubuh :
 Rata-rata 1.2 meter, maksimum 1.8 meter.
Penyebaran :
 Hampir seluruh Afrika.

Minggu, 23 September 2012

Leopard Gecko

Leopard Gecko adalah kadal tanah-tinggal nokturnal alami ditemukan di gurun Asia dan di seluruh Pakistan, ke bagian barat laut India. Tidak seperti tokek kebanyakan, tokek macan tutul memiliki kelopak mata bergerak. Hal ini telah menjadi hewan peliharaan mapan dan populer di penangkaran.
Leopard tokek pertama kali digambarkan sebagai spesies dengan zoologi Edward Blyth pada 1854 sebagai Eublepharis macularius. The Eublepharis nama generik adalah kombinasi dari kata Yunani Eu (benar), dan blephar (kelopak mata), sebagai memiliki kelopak mata yang membedakan anggota ini subfamili dari tokek lainnya. Nama spesifik, macularius, berasal dari kata Latin yang berarti makula "spot" atau "cacat", mengacu pada tanda-tanda alam hewan tutul.
Leopard Gecko terkait dengan Gecko yang berbeda termasuk lemak-tailed gecko Afrika. Ada lima subspesies, termasuk spesies nominatif: Eublepharis macularius macularius, E. m. fasciolatus (Günther 1864), E. m. Montanus (Börner 1976), dan E. m. smithi (Börner 1981).

Habitat asli dari Gecko adalah, berbatu padang rumput kering dan daerah gurun selatan-Asia Afghanistan, Pakistan, utara-barat India, dan bagian dari Iran. Musim dingin suhu di daerah-daerah bisa sangat rendah, di bawah 10 ° C (50 ° F), memaksa hewan tanah ke semi-hibernasi, disebut brumation, hidup cadangan lemak. Sebagai makhluk nokturnal, mereka menghabiskan hari tersembunyi di bawah batu atau di liang untuk menghindari panas siang hari dan muncul pada sore hari untuk memberi makan oleh serangga berburu. ini Gecko adalah soliter, dan biasanya tidak hidup dengan hewan lain.

Leopard Gecko biasanya besarnya sekitar 6,5-8,4 cm (2,6-3,3 inci) panjangnya dan berat sekitar 3 gram sedangkan gecko dewasa sekitar 20,5-27,5 cm (8,1-10,9 inci) panjangnya dan berat sekitar 45 sampai 65 gram.
Mereka ditemukan di alam liar biasanya memiliki warna lebih gelap, kusam, dan menjemukan dibandingkan disimpan di penangkaran sebagai hewan peliharaan. Mereka di penangkaran umumnya memiliki berbagai macam warna kulit dan pola. Kulit
Leopard Gecko sangat tahan lama, yang memberikan perlindungan dari pasir kasar dan berbatu lingkungan kering mereka. Sisi dorsal mereka ditutupi dengan benjolan kecil, yang memberikan tekstur kasar dan penampilan sementara sisi ventral mereka tipis, transparan, dan halus. Seperti semua reptil, Leopard Gecko berganti kulit mereka. Dalam beberapa hari sebelum shedding, kulit akan berubah warna abu-abu keputihan tembus. Dewasa menumpahkan rata-rata sebulan sekali, sedangkan remaja kadang-kadang akan turun dua kali lebih banyak. Leopard Gecko akan makan kulit lama setelah merosot, mengungkapkan satu berwarna cerah. Ada 2 teori mengapa Leopard Gecko melakukan hal ini. Salah satunya adalah bahwa dalam Leopard Gecko liar memakan kulit shedded mereka sehingga tidak ada jejak bahwa Leopard Gecko ada di sana Teori lain adalah bahwa makan kulit shedded merupakan sarana untuk memperoleh protein dan vitamin untuk pertumbuhan.
Leopard Gecko yang ectothermic. Mereka menyerap kehangatan dan energi selama hari saat mereka sedang tidur, sehingga mereka dapat berburu dan mencerna makanan di malam hari. Selain itu, mereka memiliki kaki yang pendek, yang memungkinkan mereka untuk menjadi cepat dan gesit sementara kuku kecil mereka memungkinkan mereka untuk memanjat ranting dan batu. Leopard Gecko memiliki bukaan di kedua sisi kepala mereka sebagai telinga. Sebuah membran timpani meliputi dan melindungi itu. Mereka menggunakan telinga mereka untuk menemukan mangsanya. Sehat Leopard Gecko memiliki tebal, ekor berdaging sementara ekor tipis merupakan indikasi bahwa gecko tidak sehat dan mungkin kurang gizi. Meskipun, ketika di penangkaran, ekor dapat digemukkan oleh pemberian makan Worms Wax (The Larva Ngengat Wax), cacing ini biasanya terlalu lemak untuk Gecko untuk mendapatkan nilai gizi yang dibutuhkan. Mereka juga dapat diberi makan 'Pinkys', sebuah mouse yang lama satu hari untuk menggemukkan sampai ekor, tapi sekali lagi, ini sangat rendah nilai gizi. Hal ini sangat disarankan oleh peternak dan penggemar hewan peliharaan yang Anda mantel jangkrik Anda dalam gizi bubuk sebelum melayani mereka baik hidup atau mati. Ekor tebal dapat beregenerasi ketika hilang. Namun, regenerasi ekor tampak kekar dan tidak pernah memiliki penampilan yang sama seperti ekor aslinya.





Python Reticulatus

 Sanca kembang adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics.Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada lima spesiesnya: tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan P. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk lubang penghidu bahang (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).

Python Molurus

Sanca bodo (Python molurus) adalah sejenis ular anggota keluarga (familia) ular besar (Boidae) dan termasuk anaksuku ular sanca. Ada dua anakjenis yang diakui: Python molurus molurus yang dijumpai di anakbenua India dan P. m. bivittatus Kuhl (1920) yang hidup secara alami di Indocina, Jawa, Bali, Sumbawa, dan sebagian Sulawesi. Anakjenis bivittatus ada yang mencapai panjang lebih dari lima meter. Rentang habitat mencakup sebagian besar daerah tropis dan subtropis. Wilayah jelajahnya mencakup berbagai habitat hutan namun selalu tidak terlalu jauh dari air dan kadang-kadang, daerah pemukiman manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, ular ini juga menjadi penghuni liar hutan di Florida, Amerika Serikat, sebagai hewan invasif akibat para pemeliharanya melepaskan hewan ini begitu saja ke alam liar.
Ular ini memangsa berbagai vertebrata, namun paling besar adalah babi atau rusa tutul. Sebagaimana jenis sanca lainnya, sanca bodo bertelur dan betinanya "mengerami". Akibat perburuan dan perusakan habitat, sanca bodo oleh IUCN dimasukkan sebagai spesies "hampir terancam".

Iguana

Iguana ialah sejenis kadal yang hidup di daerah tropis di Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia. Pertama kali mereka disebutkan oleh seorang naturalis berkebangsaan Austria Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Ada 2 spesies yang berbeda dari jenis kadal ini: iguana hijau dan iguana Antilles Kecil.
Kedua spesies kadal tersebut memiliki lipatan kulit di bawah rahang, sekumpulan kulit yang mengeras yang berderet di punggungnya hingga ekor, dan "mata ketiga" di kepalanya. Mata ini disebut sebagai mata parietal, yang mirip seperti tonggak di atas kepalanya. Di belakang lehernya ada sisik kecil yang menyerupai paku panjang, dan disebut tuberculate scale. Iguana juga memiliki sisik besar bundar di pipinya yang disebut sebagai selubung subtimpani.
Iguana memiliki penglihatan yang baik dan bisa melihat bentuk, bayangan, warna, dan gerakan pada jarak yang jauh. Iguana menggunakan matanya untuk mengarahkannya mengarungi hutan lebat, untuk menemukan makanan. Mereka juga menggunakan matanya untuk berkomunikasi dengan anggota spesies yang sama.
Mereka merespon rangsangan visual berupa warna seperti jingga, kuning, merah muda, dan biru yang terdapat pada substansi makanan mereka.
Telinga iguana disebut timpanum, yang merupakan gendang telinga iguana dan terdapat di kanan atas selubung subtimpani dan di belakang mata. Ini adalah bagian tubuh iguana yang amat tipis dan lembut, dan amat penting untuk pendengarannya.
Mereka sering kali sulit untuk diketahui keberadaannya karena kemampuan mereka untuk menyatu dengan lingkungannya. Warna hijau alaminya sangat membantu dalam menyembunyikan dirinya dari predator.